TEKS FINAL

Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh!

Alhamdulillahi robbil alamin wassholatu wassalamu ala sayyidina Muhammadin waala alihi washohbihi ajmain. Amma ba’du.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wataala. Karena berkat rahmatNya-lah kita bisa bertemu melalui media ini.

Sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam. Kepada keluarga dan para sahabatnya.

Yang terhormat dewan juri yang bijaksana.
Yang saya hormati Segenap jajaran PW Fayatat sebagai penyelenggara acara ini.
Santriwan dan santriwati, serta hadirin  Rahimkumullah.

Sekarang sudah zaman akhir bukan zaman now lagi. Nah di zaman akhir ini tidak sedikit pemuda-pemudi khususnya kaum santri lebih khusus lagi santri yang mempopulerkan dirinya dengan sebutan SANTRI ZAMAN NOW  atau santri milenial yang tidak memiliki “Akhlaqul Karimah” yakni prilaku terpuji.

Santri zaman sekarang sudah lumrah berani kepada ustaz dan kedua orang tuanya, kurang memuliakan kitabnya, sudah tidak peduli dengan bacaan qurannya. Mereka mulai terbuai oleh permainan medsos seperti Whatsapp, Facebook, youtube dan Twitter.

Sehingga karena realitas inilah banyak santri yang kurang berkah ilmunya, tidak bahagia hidupnya hingga rasa putus asa pun menghampirinya. Padahal seandainya santri mau mengikuti wejangan kitab Taklim Mutaallim yang sudah lumrah diajarkan di pesantren mana pun pada saat awal masuk pesantren, niscaya santri zaman sekarang akan mendapati ilmu yang berkah, hidupnya bahagia dan tidak mudah putus asa.

Mengapa demikian?

Hadirin teman-temanku sekalian serta hadirin rahimakumullah

Dalam kitab karangan Syeikh Zarnuji itu disebutkan bahwa syarat orang mencari ilmu itu ada enam (6) perkara.

Pertama adalah “Cerdas (zakaa’in)”, sebagai salah satu syarat pelajar adalah harus cerdas. Dalam hal ini santri now masih memenuhi syarat. Karena jika tidak, berarti santri itu akal pikirannya di bawah normal alias gila (majnun), sehingga tidak layak menjadi santri.

Kedua yaitu “Tidak gampang puas (hirshin)”, seorang pencari ilmu tidak boleh gampang puas dengan apa yang sudah diperoleh. Karena dengan begitu ia akan terus belajar dan mutholaah. Santri yang mudah puas, hasilnya akan biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang kehausan ilmu akan jadi generasi santri yang benar-benar milenial.

Hadirin rahimakumullah

Selanjutnya yang ketiga adalah “Sabar (ishthibaarin)”, nah di poin ini banyak santri zaman sekarang yang gagal. Tidak sedikit zaman sekarang santri yang tidak bisa bersabar. Mereka inginnya cepat pulang. Kalau ngaji ingin cepat pulang, ketika ro’an yang penting selesai, saat antri makan ingin cepat dapat bagian, saat antri mandi bawaannya ingin segera mandi.

Bukan hanya itu, saat mereka wiridan bakda sholat yang lima waktu mereka terburu-buru sehingga cendrung tidak khusyuk. Padahal bacaan sesudah sholat itu sangat-sangat penting terutama untuk melatih kesabaran.

Sekali lagi santri zaman sekarang kurang bisa SABAR

Syarat yang keempat yaitu “Punya bekal atau biaya (bulghatin)”, rata-rata santri sekarang tidak ada yang tidak mampu. Para santri biasanya dibekali dengan uang yang cukup, kebutuhan lainnya juga sudah terpenuhi. Tidak ada santri kelaparan di zaman now.

Malah sebaliknya, santri zaman sekarang cenderung berlomba-lomba dalam balapan makan. Kalau mereka dibesuk atau dikirim bapak ibunya sering kali dibawakan makanan yang enak-enak, seperti sate, ayam panggang dan makanan siapa saji. Maka tidak heran jika santri sekarang itu rata-rata gemuk-gemuk.

Saat baru jadi santri ditimbang berat badannya masih kisaran 45 kg, tapi berselang beberapa tahun kemudian ditimbang lagi bobotnya sudah bertambah 2 kg rata-rata.

Para hadirin yang dimuliakan Allah

Syarat selanjutnya yakni yang kelima adalah “Mengikuti petunjuk ustaz atau guru (irsyadi ustazin)”. Ini juga banyak santri yang tidak lolos dari syarat ini. Banyak santri sekarang yang berani kepada gurunya tidak mau diarahkan, dibimbing kurang menghiraukan. Ketika disuruh belajar malah cerita-cerita kesana-kemari.

Disuruh tidur, malah begadang. Pada saat jam pelajaran tiba malah tidur atau ngantuk. Sekali lagi, santri sekarang banyak yang kurang memperhatikan arahan dari ustaz dan ustazah.

Yang terakhir adalah “Waktu yang panjang (thuuli zamani). Artinya tidak cukup seorang santri itu hanya mondok satu bulan dua bulan, tapi minimal 3 tahun sampai 6 tahun.

Kalau ada sekarang istilah pondok kilat atau nyantri sebentar itu hanya sebagai hiburan saja. Karena ilmu yang diperoleh dalam waktu yang singkat itu kurang sempurna alias hanya tahu atau paham luarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mencuci Pakaian dengan Benar

Renungan Embun